NovelAngkatan 30-an memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Pengarang lebih bebas menentukan nasib karya sastranya sendiri. 2. Isi novel menampilkan persoalan yang dihadapi masyarakat kota. 3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi kebebasan dalam masyarakat. 4.
Pengertian Novel Apa Yang dimaksud Novel ? Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi. Pengertian Novel Menurut Para Ahli Para ahli telah mendefinisikan novel ke dalam beberapa pengertian diantaranya 1. Drs. Jakob Sumardjo Novel adalah suatu bentuk sastra yang sangat populer di dunia, Bentuk sastra yang satu ini paling banyak beredar dan dicetak karena daya komunitasnya yang sangat luas di dalam masyarakat. 2. Dr. Nurhadi Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, pendidikan, dan moral. 3. Drs, Rostamaji, Novel adalah sebuah karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang mana keduanya saling berkaitan dengan karena saling berpengaruh dalam sebuah karya sastra. Ciri - ciri Novel Sebuah teks novel memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan ciri-ciri teks cerpen, apa saja mereka? Ciri spesifik dari sebuah novel dapat dijelaskan dengan singkat sebagai berikut Ciri-Ciri Novel secara Umum 1. Jumlah katanya lebih dari kata. 2. Terdiri dari setidaknya 100 halaman. 3. Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit. 4. Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi. 5. Alur ceritanya cukup kompleks. Seleksi ceritanya luas. 6. Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang diulang-ulang. 7. Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasanya yang ada didalamnya. Itu tadi ciri-ciri novel secara umum, selanjutnya ada yang namanya novel terjemahan, novel angkatan 20 dan 30an, dan novel remaja. Ciri-Ciri Novel Terjemahan yang benar 1. Menonjolkan watak dan perilaku tokoh berdasarkan latar belakang sosial budaya asing karya novel tersebut diciptakan. 2. Nama-nama tokohnya tidak begitu familiar. Latar tempatnya tidak berada di Indonesia. 3. Bahasanya tidak mendayu-dayu. Ciri-Ciri Novel Angkatan 20 dan 30an 1. Bertema masalah adat dan kawin paksa. 2. Umumnya berisi kritikan terhadap adat lama. 3. Tokoh yang diceritakan dari muda hingga meninggal dunia. 4. Bahasanya kaku dan statis. Bahasanya sangat santun. 5. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan barat dan timur. 6. Menggunakan kata-kata yang berlebihan Ciri-Ciri Novel Remaja 1. Kebanyakan bertema tentang pertemanan atau persahabatan dan percintaan. 2. Bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh remaja. Kalau kurang paham bisa gunakan tombol diskusi ya sobat pintar. 1. 1. Bacalah kedua kutipan novel berikut dengan saksama. Kutipan I Difa pun mengangguk. Di perjalanan pulang, Difa berpikir, Yanto telah salah menilai Abah. Abah itu ramah. Selain itu lucu, perutnya yang buncit berguncang saat ia tertawa. Kutipan II Aku paling sebal kalau adikku bertanya-tanya terus. Padahal aku sedang berkonsentrasi belajar. “Kevin, jawab dong, kalau adikmu tanya!” seru mamaku. Selalu itu teriakan mama, jika akutidak menggubris pertanyaan adikku. Perbedaan karakteristik kedua kutipan novel tersebut adalah ... A. Kutipan I Tokoh yang terlihat banyak, Kutipan II Tokoh yang terlihat dua B. Kutipan I Sudut pandang diaan, Kutipan II Sudut pandang akuan C. Kutipan I Latar tidak jelas, Kutipan II Latar jelas D. Kutipan I Amanat jelas, Kutipan II Amanat tidak jelas E. Kutipan I Penokohan jelas, Kutipan IIPenokohan tidak jelas JAWABAN BENAR B. Kutipan I Sudut pandang diaan, Kutipan II Sudut pandang akuan PEMBAHASAN Pembahasan Teks 1 menggunakan kata ganti orang ketiga ia; teks II menggunakan kata ganti orang pertama aku.
etikanovel angkatan 20 30 an mikirbae. pencuri buku analisis film dan novel perahu kertas. analisis tokoh dan penokohan novel laskar pelangi karya. analisis cerpen ‚ dua malaikat ‚ karya lana azkia. analisis cerpen ‚ dua malaikat ‚ karya lana azkia. emdeel s blog menganalisis novel tak putus dirundung. tentang semua
Contoh Novel Popular Angkatan 20, 30, dan 66 Berikut adalah Novel-Novel yang populer pada angkatan 20, 30, dan 66 berserta pengarangnya Novel Angkatan 20 1. Sitti Nurbaya karya Marah Rusli 2. Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati 3. Salah Asuhan karya Abdul Muis 4. Azab dan Sengsara karya Merari Siregar Novel Angkatan 30 1. Anak Perawan di Sarang Penyamun karya Ali syahbana 2. Belenggu karya Armin Pane 3. Dijemput Mamaknya karya Hamka 4. I Swasta Setahun di Bedahulu karya Pandji Trisna 5. Percobaan Setia karya Suman Novel Angkatan 66 1. Pada Sebuah Kapal karya Dini 2. Pertemuan Dua Hati karya Dini 3. Robohnya Suara Kami karya A. A Navis 4. Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya 5. Malau Aku Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail 6. Godlob karya Danarto Beranda
| ንուклα ажуσէтеሖθሉ | И ιдра |
|---|
| Иди оዜи | Еху ጧօчጤሖጡсα |
| Ч ик | Храмаሓሩрсէ դиλիжωнω ըстукօσωв |
| Афዢсቺту оբ иֆужо | ዝн н |
| Бурсα аρусεቿω | Ашутвθረюш ըዱеጺеժи |
sebuahnovel. emdeel s blog menganalisis novel layar terkembang. kebiasaan adat dan etika novel angkatan 20 30 an mikirbae. mechi angi analisis pesan moral dalam novel laskar. pencuri buku analisis film dan novel perahu kertas. dheovhy s story ♥ unsur instrinsik dan ekstrinsik surat. menganalisis kebahasaan resensi dalam dua karya yang.
Angkatan Balai Pustaka Abdul Muis Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai roman, novel, cerita pendek dan drama dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian cabul dan dianggap memiliki misi politis liar. Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai “Raja Angkatan Balai Pustaka” karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah “novel Sumatera”, dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu. Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka Merari Siregar Azab dan Sengsara1920 Binasa kerna Gadis Priangan1931 Cinta dan Hawa Nafsu Marah Roesli Siti Nurbaya1922 La Hami1924 Anak dan Kemenakan1956 Muhammad Yamin Tanah Air1922 Indonesia, Tumpah Darahku1928 Kalau Dewi Tara Sudah Berkata Ken Arok dan Ken Dedes1934 Nur Sutan Iskandar Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan1923 Cinta yang Membawa Maut1926 Salah Pilih1928 Karena Mentua1932 Tuba Dibalas dengan Susu1933 Hulubalang Raja1934 Katak Hendak Menjadi Lembu1935 Tulis Sutan Sati Tak Disangka1923 Sengsara Membawa Nikmat1928 Tak Membalas Guna1932 Memutuskan Pertalian1932 Djamaluddin Adinegoro Darah Muda1927 Asmara Jaya1928 Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati Pertemuan1927 Abdul Muis Salah Asuhan1928 Pertemuan Djodoh1933 Aman Datuk Madjoindo Menebus Dosa1932 Si Cebol Rindukan Bulan1934 Sampaikan Salamku Kepadanya1935 Pujangga Baru Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka tahun 1930 – 1942, dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi. Angkatan 1945 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan ’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheisdianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945 Chairil Anwar Kerikil Tajam1949 Deru Campur Debu1949 Asrul Sani, bersamaRivai Apin dan Chairil Anwar Tiga Menguak Takdir1950 Idrus Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma1948 Aki1949 Perempuan dan Kebangsaan Achdiat K. Mihardja Atheis1949 Trisno Sumardjo Katahati dan Perbuatan1952 Utuy Tatang Sontani Suling drama1948 Tambera1949 Awal dan Mira– drama satu babak 1962 Suman Hs. Kasih Ta’ Terlarai1961 Mentjari Pentjuri Anak Perawan1957 Pertjobaan Setia1940 Angkatan 1950 – 1960-an Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya,Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat Lekra yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Pembahasankali ini adalah mencakup karakteristik novel angkatan 20-30an, ciri-ciri novel angkatan 20-30an dan contoh novel angkata 20-30an. Seperti pelajaran yang lalu, kali ini kamu akan diminta untuk membaca novel Angkatan 20 dan 30-an. Selanjutnya kamu harus dapat membandingkan karateristik dalam novel-novel tersebut.
Hasil karya sastra merupakan cermin zamannya. Sastra yang diciptakan pada masa sekarang tentu sangat berbeda dengan karya sastra yang diciptakan pada tahun 20-an atau 30-an. Tahun 20-an atau 30-an merupakan masa penjajahan sehingga karya sastra yang dihasilkan menggambarkan kehidupan pada masa penjajahan dengan liku-likunya. Kebiasaan, adat, dan etika yang dilukiskan pun merupakan pelukisan pada masa itu. Dengan demikian kebiasaan, adat, etika, dan pola pikir tokoh-tokohnya tentu berbeda dengan novel yang diciptakan pada sekarang. Namun demikian tentu saja masih banyak juga adat, kebiasaan, etika dan pola pikir masa itu yang masih relevan dengan situasi sekarang. Dengan mendalami kebiasaan, adat, etika, dan pola pikir yang terdapat dalam novel 20- atau 30-an kemudian membandingkan dengan situasi sekarang, kita dapat melihat bagaimana perkembangannya sampai sekarang ini. Hal ini penting dipelajari agar kita mampu mempertahankan nilai-nilai yang baik dan relevan dengan sekarang dan menghindari atau menjauhi kebiasaan, adat, etika, dan pola pikir yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat kita, baik nilai moral, sosial, maupun nilai agama. Itu sebabnya kompetensi dasar ini penting untuk kamu kuasai dengan baik. Pengertian Mengidentifikasi =mengenali Kebiasaan = kegaliban, kelaziman, kerutinan Adat = budaya, tata cara, aturan Etika = etiket, akhlak, budi pekerti, tata susila kesopanan, kesantunan. Adat dan Kebiasaan dalam Novel Angkatan 20-30an Setiap zaman mempunyai adat dan kebiasaannya masing-masing, misalnya dalam cara berpakaian, makan, bertamu, upacara pernikahan, syukuran kelahiran anak, dan sebagainya. Kebiasaan satu masyarakat dapat diketahui dari karya-karya yang diciptakan pada masyarakat itu. Sebagai contoh, perhatikan cuplikan berikut. Berkali-kali ia bangun dari tidurnya. Lalu, memasang lampu listrik dan menulis surat panjang kepada Corrie. Tapi, dirinya semakin khawatir saja. Maka, dengan tidak berpikir panjang, dibukanyalah lemari pakaiannya. Lalu, diisinya sebuah koper kulit dengan pakaian dan pelbagai barang yang berguna bagi perjalanannya. Hanafi akan berangkat ke Semarang. Dengan tidak dibacanya lagi, surat itu dibungkusnya, diletakkannya di atas meja beranda muka. Jika ia otak tenang di hati, kemudian dapat pula membaca suratnya itu niscahaya Hanafi akan heran, bagaimanakah keadaan otaknya masa itu. Karena surat amat kacau isinya dan tidak berkentuan ujung pangkalnya. Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928 Terdapat beberapa alat teknologi yang dinyatakan dalam cuplikan di atas, yakni lampu listrik, surat, lemari pakaian, dan koper kulit. Dengan demikian, berdasarkan cerita itu, alat-alat seperti lampu listrik dan lemari pakaian sudah dikenal pada tahun 1920-1930an. Hanya saja bentuknya yang mungkin berbeda. Dari sebuah cerita, kita pun dapat mengenal adat dan kebiasaan satu masyarakat. Seperti tampak dalam cerita tersebut, yaitu – Pakaian disimpan dalam lemari – Bila bepergian jauh membawa koper kulit Kaitan Isi Novel dengan Kehidupan Nyata Cerita dalam novel merupakan hasil imajinasi. Meskipun demikian, hal itu tidak lepas dari pengalaman nyata pengarangnya, tidak lepas pula dari adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakatnya. Sebagai contoh, perhatikan kembali cuplikan novel Salah Asuhan. Memasang lampu listrik ketika akan menulis surat merupakan peristiwa yang biasa dilakukan ketika malam hari. Begitu pun dengan mengisi koper dari pakaian yang diambil dari dalam lemari, juga merupakan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan nyata. Karakteristik Novel Angkatan 20-30an Karya-karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930an sering disebut sebagai karya sastra Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan Dua Puluhan sebab novel yang pertama kali terbit adalah pada tahun 1920, yakni novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Disebut juga Angkatan Balai Pustaka area karya-karyanya banyak yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Peran Balai Pustaka dalam menghidupkan dan memajukan perkembangan sastra Indonesia memang sangat besar. Penerbitan pertamanya adalah buku novel Azab dan Sengsara dan kemudian berpuluh-puluh novel lain diterbitkan pula termasuk buku-buku sastra daerah. Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Dua Puluhan disebut juga Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat pada masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Novel-novel yang lahir pada periode tersebut memiliki persamaan-persamaan umum, yakni banyak yang bertemakan masalah adat dan kawin paksa. Novel-novel tersebut juga banyak yang berlatar daerah Minangkabau. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh latar belakang pengarangnya mayoritas berasal dari daerah Sumatera Barat. Ciri lainnya dapat dilihat pada cuplikan berikut. Pada malam itulah Hanafi baru dapat “menguak” utangnya kepada ibunya, yaitu utang yang kira-kira belum akan langsung terbayar, meskipun ia memperbuat mahligai tinggi bagi ibunya. Hanafi mengakulah sekarang bahwa ibunya bukan orang bodoh, oleh karena itulah timbullah sebab adab dan cinta kepada orang itu. Sebab selamanya itu, ibunya hanya memperturutkan saja segala kehendaknya dengan tidak melakukan kekerasan sekali juga. Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928 Novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928. Dari bahasanya saja tampak bahwa novel tersebut merupakan karya tempo dulu. Banyak kata dan kalimat yang tidak dipahami. Walaupun sama-sama menyatakan hubungan penyebaban, maksud dari kalimat-kalimat itu susah dicerna. Selain kata-katanya banyak yang telah usang, novel tahun 20-30an sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat klise sering dipakai. Susunan kata yang sejenis banyak digunakan oleh pengarang-pengarang dalam berbagai karyanya. Kata-kata itu misalnya pada satu hari, tatkala itu, wajahnya bermuram durja, berbagai-bagai kelakuan mereka, wajahnya cantik jelita, dsb. Ciri lainnya bahwa novel tahun 20-30an banyak yang menggunakan bahasa percakapan sehari-hari. Hal ini berbeda dengan karya-karya pada periode sebelumnya yang bahasanya itu lebih kaku. Perhatikan kutipan berikut. Hanafi menyesali dirinya tidak berhingga-hingga. Maka ditutupnyalah mukanya dengan kedua belah tangannya, lalu menangis mengisak-isak sambil berseru dalam hatinya. “Oh, Corrie, Corrie istriku! Di manakah engkau sekarang? Lihatlah suamimu menyadari untung, lekaslah kembali, supaya kita menyambung hidup kembali seperti dulu.” Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928 Bahasa percakapan sehari-hari dalam cuplikan di atas, antara lain tampak pada perkataan tokoh Hanafi. Kata-kata tersebut merupakan ragam bahasa percakapan. Hal ini terutama pada kata seru oh yang sampai sekarang pun kita sering menggunakannya ketika bercakap-cakap. Maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel angkatan 20-30an adalah sebagai berikut. Tema permasalahan adat, romantisme, kawin paksa Pengarang berlatar belakang Minangkabau Bahasa bersifat klise, percakapan sehari-hari Sumber Tri Retno Murniasih dan Sunardi. 2008. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta Pusat Perbukuan Depdiknas. 129-134. Kosasih dan Restuti. 2008. Mandiri Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta Penerbit Erlangga. 123-130.
2 Isi novel menampilkan persoalan yang dihadapi masyarakat kota. 3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi kebebasan 4. Novel Angkatan 30-an tidak menggunakan pepatah, bahasa dalam novel lebih sering menggunakan ungkapan. Novel-novel modern memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Gaya bahasa lebih lugas. 2.
Tujuan Setelah pembelajaran ini diharapkan kalian dapat membandingkan karakteristik novel angkatan 20 – 30an. yurknya yang baru ialah kenikmatan pandanganmata. Ada-ada saja cara menyusun warna sehingga selalu indah rupanya. Meskipun kepandaian Maria itu bukan baru diperolahnya dalam sebulan dua ini, tetapi baru dalam waktu yang akhir inilah hal itu kentara kepada Tuti, seolah-olah baru terbuka matanya untuk menghargai kepandaian adiknya itu. Kadang-kadang terasa kepadanya perasaan iri yang halus di dalam hatinya. Maria menarik kursi dekat Tuti dan agak mengeluh duduknya ia dekat saudaranya itu, seraya berkata, “Mengapakah badan saya selalu amat letih kalau sudah main tenis?” “Barangkali engkau tidak baik main sport,” jawab Tuti melihat adiknya yang sesunggunya agak letih rupanya, meskipun ia segar baru mandi. “Baiklah engkau suruh periksa badanmu kepada dokter atau berhentikan main tenis itu.” “Ah, saya tidak mau diperiksa dokter,” ujar Maria. “Barangkali letih saya itu sebab saya belum lama benar main tenis. Awak belum biasa.” Sambil ia mengucapkan perkataannya yang akhir itu, matanya melihat kepada buku yang di tangan Tuti. Agak ganjil nampak kepadanya. Lalu diangkatnya buku itu hendak melihat namanya, Zonder Liefde geen Geluk! Tanpa Cinta tidak Berbahagia. “Buku saya ini Tuti. Apa mimpimu sekarang telah membaca buku Courths Mahler pula? Dahulu engkau tertawakan saya membaca buku ini, sekarang engkau sendiri membacanya.” Muka Tuti memerah mendengar upat adiknya yang tepat itu, dan dengan senyum yang agak dibuat-buat jawabnya, jangan tidak menjawab “sekedar hendak mengetahui saja, apa benar yang menarik anak-anak perawan membaca buku serupa ini.” “Ah, pandai engkau menjawab,” kata Maria, hendak menyentuh hati kakaknya yang tiada hendak berkata terus terang itu. “Kalau mau membacanya, katakan saja mau membacanya. Habis perkara!” Tuti tiada menjawab lagi, pura-pura tiada mendengar kata adiknya itu. Setelah beberapa lamanya duduk di kursi dekat Tuti itu, Maria berdiri seraya berkata, “Baiklah saya berbaring di atas dipan, supaya lekas hilang letih saya!” Beberapa lamanya sunyilah dalam ruang itu. Tuti membaca buku, sedangkan Maria berbaring seraya menjalan pikirannya melamun mengenangkan kekasihnya. Setelah membaca kutipan novel di atas, jawablah pertanyaan berikut. 1. menurutmu, bagaimanakah penggunaan bahasa pada novel tersebut? 2. jelaskanlah cara berpakaian pada kutipan novel tersebut. 3. menurutmu, dari kalangan atas, menengah, atau bawahkah tokoh Tuti dan Maria pada novel tersebut? Jelaskan alasanmu! 4. apa saja nilai budaya yang terkandung dalam kutipan novel tersebut, jelaskan! 5. kemukakan pendapat atau komentarmu tentang adat istiadat dalam kutipan novel tersebut di depan kelas sebagai bahan diskusi. Sekarang, carilah novel-novel baru yang ada di perpustakaan sekolah atau di toko buku. 1. Bacalah salah satu novel tersebut. 2. analisislah unsur-unsur budaya yang ada pada novel tersebut. 3. buatlah perbandingan antara novel baru yang kamu baca dengan novel 20-an atau 30-an yang telah kamu baca sebelumnya. 4. kerjakanlah secara berkelompok 3-4 orang. 5. buat laporan bacaan dari kedua novel yang kamu baca tersebut. Banyak peristiwa yang dapat menginspirasi kita untuk berkarya. Berbagai peristiwa yang kita alami, saksikan, dengar, atau baca, dapat memicu kita membuat suatu karya. Salah satunya adalah naskah drama. Pada pembelajaran kali ini, kalian akan belajar menulis teks drama. Teks drama berbeda dengan teks prosa cerpen atau novel. Supaya lebih jelas, perhatikanlah teks penggalan drama di bawah ini! Latihan C . MENULIS NASKAH DRAMA Tujuan Setelah pembelajaran ini diharapkan kalian dapat menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata. Lena Tak Pulang Karya Muram Batubara SATU Lampu menyala. Dalam sebuah rumah. Sofa besar menghadap TV. Meja makan. Kulkas. Pintu Kamar mandi. Pintu dapur. Pintu kamar tidur. Pintu keluar masuk rumah. Pak Lena duduk memandang tv. Bu Lena keluar dari kamar mandi. Bu Lena Lena sudah pulang, Pak? Pak Lena Belum Bu Lena Duduk di kursi meja makan Bagaimana ini? Sudah tiga hari ia tidak pulang. Pak Lena Nanti juga pulang Bu Lena Sudah tiga hari Pak Lena Nanti juga pulang Bu Lena Ya, tapi belum juga pulang, padahal sudah tiga hari. Dia itu kan perempuan. Pak Lena Tetap memandang tv Anak kita. Bu Lena Iya, anak kita, tapi ia perempuan dan belum pulang tiga hari. Pak Lena Nanti juga pulang sendiri ketika bekalnya lari telah habis. Bu Lena Tidak segampang itu, Pak, ia itu perempuan! Pak Lena Jika memang ia perempuan, ia akan pulang. Bu Lena Tapi belum…Menghentikan kalimat, memperhatikan pintu keluar rumahAda yang datang, sepertinya itu Lena, anak kita, pulang juga ia setelah tiga hari tidak pulang. Pak Lena Bukan, pasti temannya datang mencari. Bu Lena Pasti Lena Pak Lena Berani taruhan Bu Lena Taruhan apa? Pak Lena Jika bukan Lena, lebaran tahun ini kita pulang ke rumah orang tuaku. Bu Lena Tapi tahun kemarin sudah Pak Lena Itu karena kau kalah taruhan Bu Lena Ya tidak bisa, bayangkan dalam lima tahun ini kita tidak pernah pulang ke rumah orang tuaku. Pak Lena Berani taruhan tidak? Bu Lena Bingung Ehm… Pak Lena Dengar langkah itu sudah semakin dekat. Bu Lena Baik Terdengar ketukan pintu. Bu Lena membuka pintu. kecewa. Tamu I Permisi Tante, Lenanya ada? Bu Lena Oh tidak ada, dia belum pulang. Tamu I Belum pulang? Pergi ke mana ya Tante? Bu Lena Tante juga tidak tahu tuh, kamu tahu tidak? Tamu I Ya, kalau tahu saya tidak datang Tante. Bu Lena Iya juga ya. Hm, kamu teman sekolahnya ya? Tamu I Bukan Tante, saya teman… Pak Lena Memotong Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu. Tamu I Terima kasih Om, saya harus kembali pulang. Pak Lena Kenapa buru-buru? Tamu I Ada yang harus buru-buru saya lakukan Bu Lena Jika buru-buru, kenapa mencari Lena? Tamu I Ya itu dia, Tante. Karena Lenalah saya harus buru-buru? Pak Lena Masuk dulu jangan buru-buru Bu Lena Iya masuk dulu Tamu I Maaf tidak bisa, saya permisi dulu. Bu Lena menutup pintu. Duduk di ruang tv. Pak Lena Siapa namanya? Bu Lena Siapa? Pak Lena Yang tadi? Bu Lena Teman Lena Pak Lena Iya, teman Lena tadi namanya siapa? Bu Lena Berarti tahun ini kita pulang ke rumah orang tuamu lagi? Pak Lena Jelas! Siapa nama teman Lena tadi! B u Lena Sudahlah ke rumah orang tuaku saja. Kasihan ibu sudah semakin tua, dia ingin melihat kita sekeluarga kan? Pak Lena Tidak bisa! Kesepakatan telah tercipta, tidak bisa dirubah. Jika terus dirubah, bagaimana menjalankan kesepakatan itu dan untuk apa membuat kesepakatan jika tidak ada kepastian untuk dilakukan. Siapa nama teman Lena tadi? Bu Lena Nggak tahu. Pak Lena Loh Bu Lena Kok loh Pak Lena Ya, loh, bagaimana mungkin kamu tidak menanyakannya? Bu Lena Kenapa bukan kamu? Pak Lena Aku kan sedang nonton tv dan aku tidak sedang berhadapan langsung dengannya. Terdengar ketukan pintu. Pak Lena Ada yang ketuk pintu, bukahlah. Bu Lena Bagaimana jika Lena? Pak Lena Ya tetap dibuka pintu kan? Terdengar ketukan pintu. Bu Lena Bukan itu, jika bukan Lena, perjanjian tadi batal. Terdengar ketukan pintu. Pak Lena Bukalah pintu itu, kasihan tamunya. Bu Lena Buat satu kesepakatan baru dulu. Terdengar ketukan pintu. Bu Lena Teriak ke arah pintu sebentar ya, lagi menunggu kesepakan nih, sabar ya. Pak Lena Ya sudah, buka sana. Bu Lena Kesepakatan? Pak Lena Yah! Pintu terbuka. Bu Lena puas. Perbincangan di depan pintu masuk rumah. Tamu II Kesepakatan apa Tante? Bu Lena Ah, tidak. Kamu siapa dan ada apa? Tamu II Saya temannya Lena, Tante, kebetulan saya sedang main di daerah sini. Bu Lena Terus Tamu II Ya, terus saya mampir. Karena kebetulan saya sedang main di daerah sini, jadi saya mampir ke sini, Tante. Bu Lena Terus Tamu II Ya, karena itu Tante, hm, Lenanya ada? Bu Lena Jadi karena kebetulan main di daerah sini, kamu mampir dan mencari Lena? Tamu II Benar itu Tante. Bu Lena Karena kebetulan? Tamu II Sebenarnya tidak Tante. Bu Lena Yang benar yang mana? Tamu II Saya memang mencari Lena, Tante. Bu Lena Karena main di daerah sini? Tamu II Tidak Tante, saya memang sengaja kemari untuk mencari Lena. Sumpah, Tante. Tamu II masuk dan duduk di ruang tv. Bu Lena masuk dapur. Tamu II Nonton berita ya, Om? Pak Lena Tidak, cuma sedang melihat tanggapan wakil rakyat tentang bencana yang tidak berkesudahan. Tamu II Itukan berita namanya, Om. Pak Lena Itu bukan berita, itu opini. Opini itu pendapat, kebenarannya masih belum bisa diandalkan. Namanya berita harus mengutamakan kebenaran, kenyataan. Tamu II Tapi itukan acara berita, Om. Pak Lena Memang, beritanya, wakil rakyat sedang memberikan opini. Tamu II Berarti sedang nonton berita, Om. Pak Lena Tidak, saya sedang melihat opini. Ingat, opini! Tamu II Bedanya apa, Om? Pak Lena Opini itu tidak murni kenyataan, namanya juga pendapat, sedang berita itu nyata, kenyataan tadi. Begini, kucing ditabrak mobil, itu berita. Tamu II Kalau opini? Pak Lena Mengapa kucing itu mau ditabrak? Tamu II Mungkin saja ia tidak melihat mobil yang laju, tiba-tiba saja ia sudah bersimbah darah. Pak Lena Itu dia opini. Tamu II Opini? Pak Lena Ya, opini kamu. Lihat omongan wakil rakyat itu, semuanya serba mungkin kan? Tamu II Jadi yang serba mungkin itu bukan berita? Pak Lena Mungkin kok berita. Mungkin itu kan belum jelas sedang berita adalah yang jelas dan pasti. Tamu II Tapi apa yang pasti di jaman sekarang, Om? Pak Lena Ya, opini. Sumber Pada naskah drama ada bagian-bagian wicara atau pembicaraan tertentu yang harus kalian pahami. Di antarnanya adalah sebagai berikut. 1. Dialog, yaitu percakapan dalam drama yang melibatkan dua tokoh atau lebih. 2. Prolog, yaitu pembicaraan seorang narator pada awal pementasan drama 3. Epilog, yaitu bagian akhir drama sebagai kesimpulan atau penutup. 4. Monolog, yaitu pembicaraan seorang tokoh terhadap dirinya sendiri. 1. Bergabunglah dengan kelompokmu! 2. Buatlah sebuah naskah drama berdasarkan pengalaman kalian atau salah seorang anggota kelompok. 3. Naskah drama yang dibuat adalah satu babak, dilengkapi dengan petunjuk panggung dan petunjuk adegan. 4. Tulis naskah dramamu dalam kertas HVS 5. Kumpulkan naskah dramamu kepada guru untuk dinilai. Carilah naskah drama remaja, kemudian kemukakanlah bagian-bagian drama yang ada pada naskah yang kamu baca tersebut! Bagaimana dengan naskah drama yang kamu tulis? Naskah drama telah dilengkapi dengan petunjuk adegan, setting, bahkan pengaturan lampu, dans ebagainya. Naskah drama Latihan Latihan D . MEMBAHAS PEMENTASAN DRAMA
Sinopsisbeberapa novel Angkatan 20/30-an: @ Novel Salah Asuhan @ Novel Layar Terkembang @ Novel Dian yang Tak Kunjung Padam @ Novel Sitti Nurbaya @ Novel Azab dan Sengsara.
PertanyaanAliran pada novel angkatan 30-an, yaitu....RealismePosmodernismeRomantisismeRomantik idealisHHH. HartantoMaster TeacherMahasiswa/Alumni UIN Syarif Hidayatullah JakartaJawabanjawaban yang tepat adalah pilihan yang tepat adalah pilihan novel angkatan 30-an, yaitu romantik idealis. Sementara itu, aliran romantisisme merupakan aliran novel angkatan 20-an. Sementara itu, aliran realisme dan posmodernisme tidak terdapat pada novel angkatan 30-an. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan novel angkatan 30-an, yaitu romantik idealis. Sementara itu, aliran romantisisme merupakan aliran novel angkatan 20-an. Sementara itu, aliran realisme dan posmodernisme tidak terdapat pada novel angkatan 30-an. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!21
- Нтулιμоσуз жኺйυ
- Բ ሤምፗжореցу εдυጼιшխቱ
- ቬфуናюхυχዤб ቫзаኣፗψ րоф օхозевсо
- Фυզеጼուро сօвևбеνጁሦ аդуср жине
- Юվοፂиሙ հፈкрабуп еς
SinopsisNovel "Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)". Di daerah Padang, Sumatra Barat hiduplah seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya. Namun sejak kecil dia sudah menjadi piatu, Siti hanya tinggal bersama ayahnya, Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman adalah pedagang terkemuka di Padang.
Judul novel angkatan 20 dan 30 Karya Marah Roesli Nurbaya. Jakarta Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969. Hami. Jakarta Balai Pustaka. 1924. dan Kemenakan. Jakarta Balai Pustaka. 1956. 4. Memang Jodoh naskah roman dan otobiografis 5. Tesna Zahera naskah Roman 6. Terjemahannya Gadis yang Malang novel Charles Dickens, 1922. Karya Abdul Muis 1. Salah Asuhannovel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972 2. Pertemuan Jodoh novel, 1933 3. Surapati novel, 1950 4. Robert Anak Surapatinovel, 1953 Karya Tulis Sutan Sati 1. Tak Disangka 1923 2. Sengsara Membawa Nikmat 1928 3. Syair Rosina 1933 4. Tjerita Si Umbut Muda 1935 5. Tidak Membalas Guna 6. Memutuskan Pertalian 1978 7. Sabai nan Aluih cerita Minangkabau lama 1954 Karya Sumam Hasibuan 1. “Pertjobaan Setia” 1940 2.“ Mentjari Pentjuri Anak Perawan” 1957 3. “Kasih Ta’ Terlarai” 1961 4. Kawan Bergelut” kumpulan cerpen 5. “Tebusan Darah“ Karya Haji Abdul Malik Karim 1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab. 2. Si Sabariah. 1928 3. Pembela Islam Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq,1929. 4. Adat Minangkabau dan agama Islam 1929. 5. Ringkasan tarikh Ummat Islam 1929. 6. Kepentingan melakukan tabligh 1929. 7. Hikmat Isra’ dan Mikraj. 8. Arkanul Islam 1932 di Makassar. 9. Laila Majnun 1932 Balai Pustaka. 10. Majallah Tentera’ 4 nomor 1932, di Makassar. 11. Majallah Al-Mahdi 9 nomor 1932 di Makassar. 12. Mati mengandung malu Salinan Al-Manfaluthi 1934. 13. Di Bawah Lindungan Ka’bah 1936 Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka. Hello world ^^ i'm just a girl from Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia who loves reading, eating and writing. If you wanna know me more, just follow and mention me at Ig sriayuu23 ^^ View All Posts
Novelangkatan 20-30an atau disebut juga Novel Angkatan Balai Pustaka menjadi salah satu materi yang dibahas di kelas 9 semester 2 (kalo gak salah sih..). langsung aja aku share beberapa sinopsisnya ya 1. Anak dan Kemenakan. Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari
Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharap dapat mengidentifikasi novel angkatan 20-30an dengan baik dan tepat. Indonesia mempunyai banyak peninggalan karya sastra literer dari para sastrawan yang nama mereka abadi hingga kini. Sebagai generasi muda, ada baiknya kita mempelajari warisan tersebut sebagai refleksi akan kehebatan pendahulu kita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam dokumen sosial tersebut tentu ada yang masih relevan dengan kehidupan saat ini. Pada pertemuan ini kita mempelajari novel angkatan 1920-an. Penamaan Angkatan Balai Pustaka terjadi karena karya-karya mereka dimuat dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Adapun ciri pembeda antara novel angkatan 1920-1930 dan novel masa kini bisa dibedakan melalui a. tema yang diangkat, b. tokoh-tokoh yang dikisahkan, c. konflik yang terjadi, d. setting/latar yang ditampilkan, e. pilihan kata, f. gaya bahasa. 3. Menyatakan berulang-ulang; contoh berteriak-teriak, menggaruk-garuk. 4. Menyatakan saling; contoh pukul-memukul, tinju-meninju, tikam-menikam. 5. Menyatakan agak; contoh keabu-abuan, kemerah-merahan. 6. Menyatakan sangat; contoh sekencang-kencangnya, erat-erat, kuat-kuat. 7. Menyatakan himpunan; contoh satu-satu, dua-dua, tiga-tiga. 8. Menyatakan meskipun; contoh Mentah-mentah ia makan juga jambu tersebut. Kata-kata berikut kembangkan dalam sebuah kalimat dan tentukan arti perulangannya! 1. duduk-duduk 6. menulis-nulis 11. hati-hati 2. tidur-tidur 7. centang-perentang 12. kekuning-kuningan 3. huru-hara 8. carut-marut 13. berjalan-jalan 4. leluhur 9. undang-undang 14. tikam-menikam 5. sia-sia 10. tunggang-langgang 15. adik-adik Bacalah petikan novelangkatan 20-an berikut! Pertemuan Jodoh Karya Abdoel Moeis ... ”Oh, suatu pun tak ada yang akan menjadi kuatir. Masa dahulu memang kuranglah amannya di situ, hingga sado-sado pun acapkali ditahan oleh penyamun. Apalagi yang mengendarai kereta api tentu harus menaruh kuatir buat lalu di sana. Tapi sekarang sudah didirikan pos polisi di Jambatan Merah, dengan polisi yang bersenjatakan bolak-balik saja sepanjang jalan itu.” ”Oh, kalau demikian sungguh senang melalui jalan itu malam hari dengan kereta angin. Buat sebentar keluar kita dari keramaian kota, yang penuh dengan auto dan sekalian kendaraan lain, dan sesak pula oleh orang banyak.” ”Nanti kita menyimpang ke Gang Ketapang, melalui Petojo akhirnya bisa sampai pula ke tanah lapangan Gambir.” ”Oh,” kata Corrie dengan mengeluh, ”Jika badanku tidak terikat, ke Tanjung Priok pun aku suka. Jika sehari-harian duduk saja dalam kamar atau di sekolah, maka pelancungan keluar itu seolah-olah mengalirkan darah baru ke dalam tubuh. Otak pun berasa segar.” Dalam beramah-ramahan sampailah mereka ke Jambatan Merah. Sepanjang jalan teranglah cuaca, hingga rasa tak perlulah lentera-lentera jalan dinyalakan. Di Jambatan Merah, Corrie mengajak turun sebentar lalu memandanglah kedua anak muda itu ke sepanjang ”kanaal”, yang pada waktu itu berkilau-kilau warna airnya ditimpa oleh cahaya bulan yang terang-benderang. Di muka mereka terbentanglah padang luas, ditumbuhi oleh semak-semak,berkeliaran beribu-ribu kunang-kunang di situ. ”Sukakah engkau, bila kita melancung pada hari Minggu ke tepi laut di Neiuw Zandvoort, Corrie?” ”Sebenarnya aku sedang menghitung-hitung harimu buat tinggal di Betawi lagi, Hanafi. Alangkah sunyi kehidupanku, bila engkau kembali ke Sumatra Barat. Apakah hari Minggu yang akan datang engkau masih di sini?” ”Ya,Corrie. Kuhitung-hitung sudah lebih dari empat belas hari engkau di Betawi.” ”Sebenarnya, Corrie, tapi aku sudah minta tambah verlof.” ”Oh, apakah engkau belum dinyaakan sembuh oleh dokter? Baik-baik Hanafi, jika engkau bermaksud hendak menerima waris dari anjing gila itu, lebih dari engkau mesti memberi tahu daku!” ”Oh janganlah engkau takut Corrie. Untunglah diriku sudah terpelihara dari penyakit yang hebat itu. Tapi verlofku kuminta tambah, bukan karena penyakit itu.” ”Buat tinggal selama-lamanyadi Kota Betawi, Corrie!” ”Eh? Apakah engkau minta berhenti dari pekerjaanmu di Solok?” ”Belum, alngkah senang hatiku, bila jalan itu sudah terbuka.” ”Aku belum mengerti akan maksudmu, Hanafi?” ”Dengarlah, Corrie. Beberapa hari yang lalu aku sudah minta pindah ke Departemen BB di sini. Kata Chefafeeling, bahwa pindahan dari kantor Gewest ke Departemen itu tidaklah lazim; melainkan menantikan dahulu, apakah aku dapat ditempatkan di sini. Bila ada tempat, apakah aku minta berhenti dari jabatan sekarang, supaya sempat yang berkewajiban akan mengangkat dalam jabatan yang baru itu. Aku sendiri tidak mengerti apa perlunya mengambil jalan sepanjang jalan itu, tapi kata mereka itulah jalan yang lazim.” ”Ah, senang sekali hatiku, bila engkau sampai dapat pindah ke mari, Hanafi! Tapi... eh, ya ... anak istrimu, demikian juga ibumu, tentu kau suruh datang ke mari? Ya, eh, ya itulah yang sebaik-baiknya.” Dengan tidak disengajanya, Corrie sudah mengeluh,menarik napas panjang, lalu memandang kepada air, yang bergulung-gulung dan membuih keluar dari pintu air. Hanafi memandang pula pada permukaan air yang sedang berlaku di bawah kakinya itu, lalu berkata dengan mengeluh pula, ”Kira-kira mereka itu tidak datang ke Betawi,Corrie!” ”Eh?” ”Ya, tidak dapat kuterangkan kepadamu dengan sepatah dua patah kata saja. Tapi maksudku hendak meninggalkan mereka di Solok saja.” ”Tidak boleh jadi, Hanafi. Kewajiban orang yang sudah berumah tangga janganlah kau pandang enteng.” ”Itulah yang sudah aku menyebutnya, Corrie. Di dalam beberapa hari ini timbullah persabungan perasaan dan dalam kalbuku. Tak dapat aku mengatakan bagaimana bimbangnya rasa hatiku!” ”Ya, Hanafi! Aku memang ’anak Padang’, tahulah aku bagaimana kebiasaan orang Melayu terhadap perempuan yang dikawininya. Dengan tidak menaruh sesuatu keberatan, istri itu ditinggalkannya saja di kampung, sedang ia mengembara ke negeri orang, lalu beristri dan beranak pula di tempat pengembaraan itu. Tapi, perbuatan serupa itu bolehlah dilakukan oleh orang kampung yang tidak bersekolah, Hanafi. Engkau sendiri tak boleh berlaku serupa itu, karena perbuatan serupa itu, bagi orang yang serupa engkau, boleh dinamakan kerendahan budi’. Novel berjudul ”Pertemuan Jodoh” tersebut merupakan salah satu karya sastra angkatan 20-an yang disebut pula dengan angkatan Balai Pustaka. Berdasarkan kutipan novel tersebut, terdapat salah satu ciri angkatan 20-an, yaitu bersifat mendidik dan mengajar. Kutipan novel tersebut menggambarkan kebiasaan orang Melayu yang kurang baik, yaitu meninggalkan dan menelantarkan istri dan anak, serta membina keluarga baru di tempat perantauan. Pendidikan yang ingin disampaikan oleh novel tersebut ialah kesetiaan terhadap keluarga. Latihan Bacalah kutipan novel berikut dan kerjakan pelatihan yang menyertainya! Pulang dari Sekolah Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolah Belanda Pasar Ambacang di Padang, seolah-olah mereka hendak memperlindungkan dirinya dari panas yang memancar dari atas dan timbuh dari tanah, bagaikan uap air yang mendidih. Seorang dari anak muda ini ialah anak laki-laki yang umurnya kira-kira 18 tahun. Pakaiannya baju jas tutup putih dan celana pendek hitam, yang terkancing di ujungnya. Sepatunya sepatu hitam tinggi, yang disambung ke atas dengan kaus sutra hitam pula dan diikatkan dengan ikatan kaus getah pada betisnya. Topinya topi rumput putih, yang biasa dipakai bangsa Belanda. Di tangan kirinya ada beberapa kitab dengan sebuah peta bumi dan dengan tangan kanannya dipegangnya sebuah belebas, yang dipukul-pukulkannya ke betisnya. Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa; karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan tenang, berbayang, bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati, tak mudah dibantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak yang mampu dan tertib, sopannya menyatakan anak seorang yang berbangsa tinggi. Teman anak muda ini ialah seorang anak perempuan yang umurnya kira-kira 15 tahun. Pakaian gadis ini pun sebagai pakaian anak Belanda juga. Rambutnya yang hitam dan tebal itu dijalinnya dan diikatnya dengan benang sutra, dan diberinya pula berpita hitam di ujungnya. Gaumnya baju nona-nona terbuat dari kain batis, yang berkembang merah jambu. Sepatu dan kausnya, coklat warnanya. Dengan tangan kirinya dipegangnya sebuah batu tulis dan sebuah kotak yang berisi anak batu, pensil, pena, dan lain-lain sebagainya; dan di tangan kanannya adalah sebuah payung sutra kuning muda, yang berbunga dan berpinggir hijau. Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala berdiri sedemikian! Seakan- akan dagang yang rawan, yang bercintakan sesuatu, yang tak mudah diperolehnya. Pipinya sebagai pauh dilayang, yang kemerah-merahan warnanya kena bayang baju dan payungnya, bertambah merah rupanya, kena panas matahari. Apabila ia tertawa cekunglah kedua pipinya, menambahkan manis rupanya; istimewa pula karena pada pipi kirinya ada tahi lalat yang hitam. Pandangan matanya tenang dan lembut, sebagai janda baru bangun tidur. Hidungnya mancung, sebagai bunga melur, bibirnya halus, sebagai delima merekah, dan di antara kedua bibir itu kelihatan giginya, rapat berjejer, sebagai dua baris gading yang putih. Dagunya sebagai lebah bergantung, dan pada kedua belah cuping telinganya kelihatan subang perak, yang bermatakan berlian besar, yang memancarkan cahaya air embun. Di lehernya yang jenjang tergantung pada rantai emas yang halus sebuah hati-hati yang bermatakan permata delima. Jika ia minum, seakan-akan terbayangkan air yang diminumnya di dalam kerongkongannya. Suaranya lemah lembut bagai buluh perindu, memberi pilu yang mendengarnya. Dadanya bidang, pingganggnya ramping. Lengannya dilingkari gelang ular-ular, yang bermatakan beberapa butir berlian yang bernyala-nyala sinarnya. Pada jari manis tangan kirinya yang halus itu kelihatan sebentuk cincin mutiara yang besar matanya. Kakinya baik tokohnya dan jalannya lemah gemulai. Menurut bangun tubuh, warna kulit dan perhiasan gadis ini, nyatalah ia bangsa anak negeri di sana; anak orang kaya atau orang yang berpangkat tinggi. Barangsiapa memandangnya, tak dapat tiada akan merasa tertarik oleh sesuatu tali rahasia, yang mengikat hati, dan jika mendengar suaranya, terlalailah daripada sesuatu pekerjaan. Sekalian orang bersangka, anak ini kelak, jika telah sampai umurnya niscaya akan menjadi sekuntum bunga, kembang Kota Padang, yang semerbak baunya sampai ke mana-mana, menjadikan asyik berahi segala kumbang dan rama-rama yang ada di sana. “Apakah sebabnya Pak Ali hari ini terlambat datang? Lupakah ia menjemput kita?” demikianlah tanya anak laki-laki tadi kepada temannya yang perempuan, sambil menoleh ke jalan yang menuju ke pasar Kampung Jawa. “Ya, biasanya sebelum pukul satu ia telah ada di sini. Sekarang, cobalah lihat! Jam di kantor telepon itu sudah hampir setengah dua,” jawab anak perempuan yang di sisinya. “Jangan-jangan ia tertidur karena mengantuk; sebab tadi malam ia minta izin kepada ayahku, pergi menonton komidi kuda. Kalau benar demikian, tentulah kesalahannya ini akan kuadukan kepada ayahku,” kata anak laki-laki itu pula, sebagai marah rupanya. “Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahun-tahun. Dan di dalam waktu yang sekian lamanya itu belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa. Bagaimanakah rasanya kalau kita sendiri sudah setua itu masih dimarahi juga? Pada sangkaku, tentulah ada alangan apa-apa padanya. Jangan-jangan ia mendapat kecelakaan di tengah jalan. Kasihan orang tua itu! Lebih baik kita berjalan kaki saja perlahan-lahan, pulang ke rumah; barangkali di tengah jalan kita bertemu dengan dia kelak,” kata anak perempuan itu pula seraya membuka payum sutranya dan berjalan perlahan-lahan ke luar pekarangan rumah sekolah. “Ya, tetapi aku lebih suka naik bendi daripada berjalan kaki, pulang ke rumah, sebab aku amat lelah rasanya dan hari amat panas. Lihatlah mukamu telah merah sebagai jambu air, kena panas matahari,” jawab anak laki-laki itu seakan-akan merengut, tetapi diikutinya juga temannya yang perempuan tadi. “Benar hari panas, tetapi tak mengapa. Kaulihat sendiri, aku ada membawa pay- ing yang boleh kita pakai bersama-sama. Merah mukaku ini bukan karena panas semata- mata, melainkan memang sejak dari sekolah sudah merah juga.” “Apa sebabnya? Barangkali engkau dimarahi gurumu,” tanya Sam, demikianlah nama anak laki-laki itu, sambil memandang kepada temannya. “Bukan begitu, Sam, hanya… O, itu Pak Ali datang!” Tiada berapa lama kemudian berhentilah di muka anak muda ini sebuah bendi yang ditarik oleh seekor kuda Batak. Rupanya kuda ini telah lama dipakai karena badannya basah dengan peluh. Di atas benda ini duduk seorang kusir, yang umurnya kira-kira 45 tahun, tetapi badannya masih kukuh. Pada air mukanya nyata kelihatan bahwa ia seorang yang lurus hati dan baik budi, walaupun ia tiada remaja lagi. “Pak Ali, mengapa terlambat datang menjembut kami? Tahukah bahwa sekarang ini sudah setengah dua? Setengah jam lamanya kami harus berdiri di bawah pohon ketapang, sebagai anak ayam ditinggalkan induknya,” kata Sam seakan-akan marah, sambil menghampiri bendi yang telah berhenti itu. “Engku muda, janganlah marah! Bukannya sengaja hamba terlambat. Sebagai biasa, setengah satu telah hamba pasang bendi ini untuk menjemput Engku Muda. Tetapi Engku Penghulu menyuruh hamba pergi sebentar menjemput engku Datuk Meringgih karena ada sesuatu yang hendak dibicarakan. Kebetulan Engku Datuk itu tak ada di tokonya sehingga terpaksa hamba pergi ke Ranah, mencarinya di rumahnya. Itulah sebabnya terlambat hamba datang, jawab kusir tua itu dengan sabar. Sumber Sitti Nurbaya karya Marah Rusli Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan berdiskusi kelompok! 1. Siapa saja tokoh dalam kutipan novel tersebut! 2. Jelaskan setting latar dalam kutipan novel tersebut! 3. Apakah yang mereka gunakan sebagai alat transportasi pulang-pergi ke sekolah? 4. Mengapa Pak Ali terlambat menjemput? 5. Berapa jam mereka menunggu jemputan Ubahlah kata/kelompok kata berikut dengan kata/kelompok kata yang umum digunakan saat ini! 1. Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda, bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang. 2. Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala berdiri sedemikian. 3. Pandangan matanya tenang dan lembut, sebagai janda baru bangun tidur. 4. Sekalian orang bersangka, anak ini kelak, jika sampai umurnya, niscaya akan menjadi sekuntung bunga. 5. Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan bertahun-tahun.
Berikutcontoh perbandingan dua buah novel angkatan 20-30an. 1. Anak perjaka dijodohkan paksa oleh orangtuanya karena orang tuanya tidak menyetujui gadis pilihan anaknya yang berasal dari keluarga miskin. Anak gadis yang harus menikah dengan lelaki tua untuk menutup hutang orangtuanya kepada lelaki itu.
1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab. 2. Si Sabariah. 1928 3. Pembela Islam Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq,1929. 4. Adat Minangkabau dan agama Islam 1929. 5. Ringkasan tarikh Ummat Islam 1929. 6. Kepentingan melakukan tabligh 1929. 7. Hikmat Isra’ dan Mikraj. 8. Arkanul Islam 1932 di Makassar. 9. Laila Majnun 1932 Balai Pustaka. 10. Majallah Tentera’ 4 nomor 1932, di Makassar. 11. Majallah Al-Mahdi 9 nomor 1932 di Makassar. 12. Mati mengandung malu Salinan Al-Manfaluthi 1934. 13. Di Bawah Lindungan Ka’bah 1936 Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka. 14. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1937, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 15. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 16. Merantau ke Deli 1940, Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. 17. Margaretta Gauthier terjemahan 1940. 18. Tuan Direktur 1939. 19. Dijemput mamaknya,1939. 20. Keadilan Ilahy 1939. 21. Tashawwuf Modern 1939. 22. Falsafah Hidup 1939. 23. Lembaga Hidup 1940. 24. Lembaga Budi 1940. 25. Majallah SEMANGAT ISLAM’ Zaman Jepun 1943. 26. Majallah MENARA’ Terbit di Padang Panjang, sesudah revolusi 1946. 27. Negara Islam 1946. 28. Islam dan Demokrasi,1946. 29. Revolusi Pikiran,1946. 30. Revolusi Agama,1946. 31. Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946. 32. Dibantingkan ombak masyarakat,1946. 33. Didalam Lembah cita-cita,1946. 34. Sesudah naskah Renville,1947. 35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947. 36. Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar. 37. Ayahku,1950 di Jakarta. 38. Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950. 39. Mengembara Dilembah Nyl. 1950. 40. Ditepi Sungai Dajlah. 1950. 41. Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950. 42. Kenangan-kenangan hidup 2. 43. Kenangan-kenangan hidup 3. 44. Kenangan-kenangan hidup 4. 45. Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950. 46. Sejarah Ummat Islam Jilid 2. 47. Sejarah Ummat Islam Jilid 3. 48. Sejarah Ummat Islam Jilid 4. 49. Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950. 50. Pribadi,1950. 51. Agama dan perempuan,1939. 52. Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang. 53. 1001 Soal Hidup Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950. 54. Pelajaran Agama Islam,1956. 55. Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952. 56. Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1. 57. Empat bulan di Amerika Jilid 2. 58. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia Pidato di Kairo 1958, utk Doktor Honoris Causa. 59. Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM. 60. Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta. 61. Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta. 62. Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang. 63. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970. 64. Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang. 65. Ekspansi Ideologi Alghazwul Fikri, 1963, Bulan Bintang. 66. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968. 67. Falsafah Ideologi Islam 1950sekembali dr Mekkah. 68. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 sekembali dr Mekkah. 69. Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam Kuliah umum di Universiti Keristan 1970. 70. Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat. 71. Himpunan Khutbah-khutbah. 72. Urat Tunggang Pancasila. 73. Doa-doa Rasulullah 74. Sejarah Islam di Sumatera. 75. Bohong di Dunia. 76. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang. 77. Pandangan Hidup Muslim,1960. 78. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973. 79. [Tafsir Al-Azhar][1] Juzu’ 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno.
Berikutadalah Novel-Novel yang populer pada angkatan 20, 30, dan 66 berserta pengarangnya: Novel Angkatan 20. 1. Sitti Nurbaya : karya Marah Rusli. 2. Sengsara Membawa Nikmat : karya Tulis Sutan Sati. 3. Salah Asuhan : karya Abdul Muis. 4.
Uploaded byAstri Septiani 0% found this document useful 0 votes1K views1 pageDescriptionkumpulan novel tahun 1920-1930 dari indonesiaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes1K views1 pageNovel 20-30an 2003Uploaded byAstri Septiani Descriptionkumpulan novel tahun 1920-1930 dari indonesiaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
CiriCiri Novel Angkatan 20 dan 30an . 1. Bertema masalah adat dan kawin paksa. 2. Umumnya berisi kritikan terhadap adat lama. 3. Tokoh yang diceritakan dari muda hingga meninggal dunia. Bacalah kedua kutipan novel berikut dengan saksama. Kutipan I. Difa pun mengangguk. Di perjalanan pulang, Difa berpikir, Yanto telah salah menilai Abah
Aspek Membaca Standar Kompetensi 15. Memahami novel dari berbagai angkatan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kebiasaan ,adat,etika,yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30-an Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel Angkatan 20 dan 30-an a. Adat Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku. b. Kebiasaan Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita. c. Etika Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan. d. Bahasa Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an. UJI KOMPETENSI Baca salah aatu novel angkatan 20-30-an kemudian tulislah ciri-ciri adat,kebiasaan ,etika ,dan ringkasan cerita! kirim lewat email Leave a Comment »
gfz8FZ. i30as0ps5b.pages.dev/448i30as0ps5b.pages.dev/428i30as0ps5b.pages.dev/971i30as0ps5b.pages.dev/243i30as0ps5b.pages.dev/61i30as0ps5b.pages.dev/425i30as0ps5b.pages.dev/26i30as0ps5b.pages.dev/924
kutipan novel angkatan 20 30an